Kamis, 10 Februari 2011

Kita Bukanlah Menara Gading Tapi Mercusuar Bangsa

Salam Ekonom Rabbani,
Dunia kampus dan organisasi tempat kita berdikari selama ini sebenarnya menjadi jalan untuk mengantarkan kita menjadi jiwa teladan dan ilmiah, dia tidak melulu capai oleh seminar,  apalagi dipusingkan dengan anggaran kegiatan yang defisit. Hal ini ditandai oleh lima hal (Heru Nugroho, 2003), melakukan kebiasaan-kebiasaan ilmiah yang serius dengan maksud mewujudkan transfer pengetahuan, pencerdasan dan pencerahan; meneliti tanpa kenal lelah dengan maksud mencari kebenaran atau inovasi yang berkelanjutan; wacana kritis yang berkelanjutan sehingga terjadi debat tanpa henti-hentinya dalam dunia akademis tanpa memunculkan kebencian-kebencian; publikasi secara serius dari hasil-hasil penelitian; dan mengamalkan secara penuh dari hasil pemikiran nan kritis dan karya penelitian  untuk kebermanfaatan umat setelah mengupas teorinya.

Oleh sebab itu, analogi yang pas untuk kehidupan ekonom rabbani berkarakter ‘ilmi adalah mercusuar. Dia adalah bangunan tinggi, kokoh, kuat, siap menghadapi gelombang sebesar apapun. Namun ia menjulang tak sekedar memenuhi rasa estetika, karena tugas utamanya adalah menebarkan cahaya kepada kapal yang singgah dan lewat. Mercusuar dia sentiasa berkerja dalam sepi, bekerja ukhuwah saat ramai, namun tidak pernah padam untuk menebar cahaya.


Namun perlu disadari kehadiran Mercusuar bukanlah seperti  Menara Gading yang indah namun tak memberikan manfaat apapun selain keindahannya sendiri. Bagi kita posisi strategis sebagai mercusuar inilah seperti inilah yang kemudian harus diemban. Dengan siapapun menjadi mitra strategis konstruktif untuk mengawal dan memantapkan pijakan ekonomi syariah di tanah air. Selama ini sentuhan kaki  ke bumi (masyarakat) dan ke langit (pemerintahan) amat sedikit. Kita hanya sering bermain di skala yang sama, mahasiswa.  Terbangun kesan kuat bahwa ekonomi syariah hanya dimiliki pihak akademisi atau lingkungan kecil saja.

Yang harus dipahami bahwa keterlibatan
di jalan ini bukan semata persoalan memuluskan jalan menuju cita-cita, berkarir, mencari proyek dan materi semata, tapi merupakan bentuk tanggung jawab sosial di masyarakat. Dimanapun ekonom rabbani berdiri, disanalah kemudian harus ada kontribusi yang diberikan.

Bagi masyarakat luas,
kitalah yang menghadirkan terobosan keilmuan dan menghadirkan solusi bagi persoalan ekonomi masyarakat. Ekonom Rabbani mesti mengembangkan keilmuan yang fokus dan kompetitif. Di manapun ia memang tidak memiliki keunggulan di semua bidang ilmu namun dia berani memilih Ekonomi Islam untuk membangun masyarakatnya.  Menyemai hidup sejernih dakwah, sehangat ukhuwah, sesegar amal Ilmiah.
  • Share On Facebook
  • Digg This Post
  • Stumble This Post
  • Tweet This Post
  • Save Tis Post To Delicious
  • Float This Post
  • Share On Reddit
  • Bookmark On Technorati
Blog Gadgets

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...