Tentang Ekonom Rabbani

Seluruh KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam) yang tergabung dalam FoSSEI (Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam) adalah skesta kegemilangan masa depan. Semoga ini bukan berlebihan, namun semata-mata sebuah keyakinan yang terangkum oleh setumpuk alasan. Mengapa? Lihatlah, di sana berkumpul calon pemimpin muda masa depan yang senantiasa mengajarkan dan belajar, mengikhtiyarkan perubahan, serta membiasakan keshalihan, dalam kebersamaan yang saling menjaga dan menguatkan. 

Di sana ada visi yang besar dipancang sebagai penunjuk arah perjalanan. Di sana ada semangat yang tak pernah surut dipelihara sebagai pelipat ganda energi. Di sana ada kepekaan yang sedalam jiwa diresap sebagai pemantik gemuruh nurani. Dan di sana ada penataan yang teratur dibangun sebagai kokohnya strategi. Keempatnya –visi, semangat, kepekaan, dan penataan- tersimpul dalam naungan cita-cita mulia; rahmatan lil ‘alamin. Begitulah mereka, mengikhtiyarkan peradaban madani dengan membumikan ekonomi islam mulai dari diri, keluarga, lalu masyarakat terdekat.

Bersama dengan itu, ada karakteristik-karakteristik yang mencelup dan mewarnai kesehariannya. Ada kejernihan dakwah, yang setiap detik dan ruangnya menyeru kepada Allah, berpegang kepada Al Qur’an dan Al Hadits, meneladani akhlaq Rasulullah. Ada kehangatan ukhuwah, yang menjadi pengingat di kala terlupa dan penyemangat di kala terlemah, dan hamparan terlapang untuk membiasakan baik sangka pada sesama. Dan tentu saja, ada kesegaran amal ilmiah, yang senantiasa menemukan hal-hal baru oleh tadabbur dan asahnya fikir agar menjadi pemantik hidayah yang mudah diterima logika siapa saja. Ketiganya –dakwah, ukhuwah, amal ilmiah- menjadi sebuah rerangka gerak yang senantiasa bertumbuh, berkembang, dan menggerakkan sehingga cita-cita mulia itu perlahan tertampak. Ya, pertama kali tertampak pada laku mereka yg dekat dengan Allah, shalih, jujur, dan pembelajar. Laku mereka, adalah celupan akhlaq diri yang sejuk menginspirasi sekitarnya, seiring kredo yang acap terseru: “berbagi berkah bersama ekonomi syariah”.

Saudaraku sekalian di jalan perjuangan ekonomi islam, suatu saat kita akan temukan godaan yang meminta untuk berhenti dari perjalanan dakwah ini. Di depan sana, akan ada kesulitan-kesulitan dan sekian banyak alasan –lelah, susah, payah, jemu, kecewa- yang terselinap dalam hati mengajak untuk mengeluh dan berputus asa. Oleh karena itu, mari kita jaga ruh-ruh dakwah yang telah kita bina sejak kita menginjakkan kaki di jalan ini pertama kali, sehingga tak sedikitpun tergoyah. Semoga kita pun tidak terlalai pesan itu, “ashlih nafsaka wad’u ghairaka.” Inilah alur yang mampu menjaga dakwah kita; perbaiki dirimu, dan ajak yang selainmu. Artinya, dakwah ini menghajatkan kita mulai dari diri. Pertama, kita persiapkan diri kita agar menjadi sebaik-baik pribadi yang siap berdakwah; mengikhtiyarkan kebaikan pada diri dan sesama. Menjadi pribadi yang senantiasa berikhtiyar mendekat dengan Allah, senantiasa mencintai ilmu dan beramal dengan ilmunya, serta senantiasa tertata dan terjaga dalam kesehariannya. Selanjutnya, dalam ruang kebersamaan dengan selainnya berusaha menjadi pribadi yang menyuburka iklim saling menasihati (tausyiah) dan saling musyawarah (syura’). Hingga dakwah ini terasa sejuk dan akrab.

Mengapa Ekonom Rabbani ?
Permulaan kata "ekonom rabbani" dan apa makna sesungguhnya dari panggilan itu, bermula dari kesadaran bahwa setiap ekonom yang expert pasti memiliki output besar karena input yang membenam dalam jiwa. Awal kata dari ekonom menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) adalah seseorang yang ahli dibidang ekonomi. Sedangkan rabbani bermakna orang yang mempunyai derajat tertinggi dalam berislam, dia peroleh dari keinginan kuat sehingga senantiasa berikhtiar sampai tahapan untuk selalu berusaha mendekat pada Rabbnya.

Tersadarlah kita bahwa dengan mempelajari ekonomi islam maka kita akan merasakan paduan indah antara islam dan ilmu ekonomi. Analoginya seperti ini, semakin banyak belajar ekonomi islam maka kita semua akan merasakan kenikmatan berislam dan kebermanfaatan ekonomi, sebagai contoh saat membuka halaman sejarah pemikiran ekonomi islam, fiqh muamalah, makro ekonomi islam, mikro ekonomi islam, tentunya kita rasakan khazanah ekonomi nan luas dimana suguhan nilai keadilan, kejujuran, keterbukaan, dan empati menyatu dalam diri (fitrah.

Dari kenikmatan-kenikmatan itu, kiranya kita tahu bahwa ekonomi islam sentiasa melibatkan jiwa, dia menjadikan pribadi-pribadi tulus sehingga tak leka untuk memperjuangkannya. Dan inilah karakteristik mereka (Ekonom Rabbani)

a.Memiliki Aqidah Yang Lurus Dan Sesuai Dengan Al-Qur’an Dan As-Sunnah
Dalam setiap aktivitas muslim itukan penggerak ekonomi islam senantiasa dibutuhkan gerak dakwah yang senantiasa berlandaskan Al Qur’an dan As-Sunnah. Kedua pedoman tersebutlah yang dapat membawa kita muslimin kepada keselamatan. Begitu juga dalam pengembangan ekonomi islam para pembelajar dan penggerak ekonomi islam menempatkan Al Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman utama sehingga setiap aktifitasnya selalu berpedoman pada Al Qur’an. Dalam penggerakkan ekonomi islam akhlak pengusungnya menjadi modal utama dalam pengembangan ekonomi islam.

b.Memiliki Karakter Yang Kokoh Dan Mandiri
Kokoh yang dimaksud disini adalah karakter kader yang memiliki kekuatan, kematangan dan kedewasaan secara ruhiyah, pemikiran, dakwah ekonomi islam dan jasad.

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka dijalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh) Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Q.S. 3:146)

Mandiri dapat diartikan bahwa kemampuan seseorang dalam mengembangkan diri dan pembelajaran secara mandiri serta dapat memhasilkan untuk penghidupan pribadinya, tanpa ada ketergantungan terhadap orang lain.

c.Kepribadian Yang Dinamis, Kreatif Dan Inovatif
Pengertian dari dinamis, kreatif dan inovatif adalah perpaduan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Ekonomi Islam membutuhkan karakter-karakter dinamis, kreatif dan inovatif sebagai modal awal dalam membangun kepercayaan kepada masyarakat. Modal dasar ini jelas tidak begitu saja dengan mudah didapatkan.

Ciri dari kepribadian yang dinamis, kreatif dan inovatif adalah memiliki kemauan yang kuat dalam memperbaiki diri, peka terhadap sekitar, berminat untuk menggali lebih dalam, rasa ingin tahu yang tinggi, mendalam dalam berfikir, optimisme yang tinggi, tidak mudah puas, siap mencoba dan melaksanakan,mampu bekerjasama, berfikir kritis, imajinatif, melakukan analisis.

d.Mengedepankan Berpikir Ilmiah Yang Didasari Al-Qur’an
Ekonom rabbani mampu berfikir secara ilmiah yang berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam mekanisme penerapan kegiatan organisasi mereka senantiasa diuji kompetensi  tentang ekonomi islam. Dalam kehidupan sehari-hari mereka juga mengedepankan berfikir ilmiah yang didasari Al Qur’an sehingga ketika mengetahui realita di masayarakat yang bertentangan maka sekuat tenaga akan mereka kembalikan kepada nilai-niali Qur’ani.

e.Expert Di Bidang Spesialisasinya Dan Berwawasan Global
Expert dibidangnya, spesialisasi dan berwasasan global sehingga Ekonom Rabbani memiliki keahlian khusus seperti praktisi, ilmuwan serta dibidang keuangan.

f.Seorang Yang Mengejarkan Ilmu Yang Ringan Sebelum Ilmu Yang Sulit-Sulit
Menjadi suatu keharusan bagi Ekonom Rabbani untuk mensosialisasikan ekonomi islam serta mengajarkannya. Sehingga setiap dia tidak lagi stagnan, karena dia belajar juga mengajarkan. Maka Sumber Daya Insani yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini akan mudah tercapai jikalau estafet kaderisasi ekonomi islam tidak putus. Mereka memulai secara bertahap, dari hal-hal yang mudah dipahami sebelum memasuki advance.

g.Berani Tampil Sebagai Pelopor Perubahan
Dia senantiasa menempatkan diri untuk memberikan solusi pada setiap permasalahan yang ada, sebagai pelopor untuk menggerakkan yang lain, sebagai pelopor mahasiswa dalam mendakwahkan ekonomi islam. Sebagai pelopor perubahan akan pengembangan ekonomi islam. Sebagai pepolor untuk belajar ekonomi islam.

h.Mampu Tampil Sebagai Tokoh
Yang dimaksud mampu menjadi tokoh disini adalah dia mampu menjadi teladan. Mengambil peran sebagai inisiator, menjadikan akhlak sebagai laku utama. Dan dia tak pernah ragu dalam menegakkan prinsip-prinsip ekonomi islam dalam kesehariannya.

i.Mengedepankan Ukhuwah Dalam Amal Jama’i
Inilah jiwa kepakaan sosial, karena sesungguhnya ukhuwah mengkokohkan dakwah kita di bidang ekonomi islam, setiap aktivitas berdasarkan amal jama’I karena dengan berkerja secara berjamaah akan mendatangkan keberkahan dari Allah.

Saudaraku sekalian, bagaimanapun panjang lebar penjelasannya, Ekonom Rabbani adalah sebuah doa dan cita, agar kita selalu dekat padaNya, dan merindukan keberkahan dari amal-amal yang kita kerjakan. Maka iman dan taqwa menjadi bekal yang harus selalu kita bawa. Agar amal-amal kita, menjadi amal shalih –bukan amal salah-, bernilai tercatat, dan menjadi tebaran kebaikan yang tak putus. Akhirnya, teruslah berjuang saudaraku! Salam dan do’a untuk kebersamaan, persaudaraan, dan perjuangan, dari kami untuk Antum sekalian. 

SalamuLlaahi ‘alaikum. BaarakaLlaahufiikum jami’aa…

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...