Senin, 13 Desember 2010

Membangun Komitmen Dakwah Ekonomi Islam


Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
(Al Anfaal: 60)

Pengangguran, penimbunan barang, jeratan-jeratan hutang, krisis dunia yang terus berulang-ulang, merupakan sebagian kecil dari bencana-bencana ekonomi dunia yang ditimbulkan oleh ekonomi kapitalis. Terjadinya kemiskinan yang semakin meluas di negara dunia ketiga dan ekploitasi ekonomi dari sekelompok negara maju terhadap negara-negara berkembang telah menciptakan penjajahan gaya baru. Kekacauan terjadi, tidak hanya dalam bentuk ekonomi, tetapi telah meluas menyentuh pada wilayah hukum, sosial budaya, bahkan kancah pertarungan politik. Kriminalitas dan konflik-konflik sosial menjadi peristiwa keseharian yang menunjukkan ketimpangan sosio-ekonomi, sehingga yang terlihat adalah instabilitas, dimana kemajuan tidak bermakna kesejahteraan. Beberapa pakar ekonomi pun memprediksikan sebuah krisis yang maha dahsyat yang akan terjadi.

Keyakinan kita sebagai Mujahid Ekonomi Islam, akan kerapuhan dan bobroknya sitem ekonomi kapitalis menjadi sebuah keniscayaan bangkitnya sistem ekonomi Islam. Keyakinan kita, –cepat atau lambat– segera runtuhnya ekonomi kapitalis, memacu semangat kita untuk terus menerus mempelajari ilmu ekonomi yang pernah mensejahterakan manusia dengan instrument zakatnya. Tapi yang jadi pertanyaan, sejauh manakah komitmen kita terhadap bagian dari solusi itu? Apakah hanya karena 'aji mumpung' perkembangan yang cukup pesat dari ekonomi Islam? Apakah hanya karena 'pragmatisme bin opportunis' dari kondisi perekonomian yang 'mendukung'? Mengingat kuliah di jaman sekarang ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Sehingga selepas keluar dari perguruan tinggi, yang ada dalam benak kita adalah ingin secepatnya mendapat hasil atau gaji besar, agar uang kuliah cepat kembali.

Dari ayat yang tercantum di atas, bahwa "Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…" ALLAH memberikan 'instruksi' kepada kita untuk melakukan totalitas (tajarrud) dalam memerangi kebatilan. Totalitas bukan dalam perngertian salah kaprah bahwa kita harus meninggalkan semuanya untuk dakwah (amar ma'ruf nahi munkar), namun totalitas dalam arti sebenar-benarnya totalitas yaitu kita gunakan semua yang kita miliki demi kejayaan dakwah. Harta benda, pekerjaan, waktu, tenaga, dll yang kita miliki bukan penghalang dakwah tapi justru bisa menjadi pendukung dakwah, apapun dan bagaimanapun kondisi kita.

Sebagai Mujahid Ekonomi Islam yang memiliki slogan Ekonom Rabbani' mencirikan bahwa pergerakan FoSSEI adalah pergerakan dengan semangat yang membara, idealis dan kritis yang berlandaskan Al Quran dan Sunnah. Kata "Ekonom Rabbani" mencirikan bahwa keshalehan yang memiliki masa depan yang fokus pada bidang ekonomi yang dapat ’survive' bahkan 'leading'. Titik sentral yang bersumber pada penyiapan SDM yang tangguh, berwawasan global tapi tetap idealis dan kritis.

Dengan slogan seperti itu, seharusnya sudah ada output-output yang dihasilkan dalam perkembangan ekonomi Islam. Tidak hanya sekedar pemenuhan SDM yang terjun langsung ke industri, tidak hanya juga menjadi ahli/dosen di perguruan tinggi. Meskipun baik namun lebih dari itu, bahwa kerusakan yang telah merajalela akibat sistem yang tidak mendukung dapat digantikan dengan sistem yang penuh dengan nilai-nilai ilahiyah.

FoSSEI dengan slogannya yang jelas dan menyeluruh sudah seharusnya mempersiapkan kader-kadernya, tidak hanya faham terhadap ekonomi Islam, tapi lebih dari itu yaitu menumbuhkan komitmen agar kader-kadernya mampu melakukan dakwah ekonomi Islam. Dengan segenap "…kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…" mampu berperan, tidak hanya dalam tuntutan dakwah ekonomi Islam yang 'survive' tetapi juga harus 'leading'. Leading, tidak hanya dalam perlombaan-perlombaan semacam temilnas, LKTEI, lomba debat, dsb. tapi terdepan dalam menghadapi qadayatul ummat, khususnya di bidang ekonomi. Artinya, seorang kader FoSSEI, memiliki kemampuan untuk menjadi pilar kebangkitan ekonomi Islam dan pengibar panji-panjinya.

Bukan hanya sekedar 'urgensi' yang biasanya kader hanya akan semangat ketika di awal-awal saja, setelah itu kembali menurun. Akan tetapi jauh dari itu adalah komitmen dakwah, khususnya di bidang ekonomi. Dakwah Ekonomi Islam yang dirasa tidak menjadi beban para pemanggulnya. Beban ketika keadaan ekonomi sedang sulit, beban ketika sedang tidak sehat, beban ketika segala sesuatu tidak sesuai rencana, bahkan beban ketika waktu telalu sulit untuk disisihkan karena bentrok dengan tugas kuliah, atau kesibukan sehar-hari lainnya.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (Ali Imran: 104-105)

Tidak ada yang terlewat. Mulai dari bangun tidur sampai tertidur kembali menjadi aktifitas dakwah. Bahkan (kalau bisa) tidurnya seorang kader pun menjadi aktifitas dakwah. Karena, masih banyak orang-orang diluar sana yang belum 'tercerahkan' dengan indahnya ekonomi Islam. Padahal di lain sisi para pengusung ekonomi kapitalis mengorbankan waktu tidurnya untuk terus menyebarkan ke-kapitalisme-an mereka. Wallahu'alam.

Farizal AlBoncelli
  • Share On Facebook
  • Digg This Post
  • Stumble This Post
  • Tweet This Post
  • Save Tis Post To Delicious
  • Float This Post
  • Share On Reddit
  • Bookmark On Technorati
Blog Gadgets

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...