Senin, 22 November 2010

Desentralisasi Regional


Kebijakan desentralisasi regional merupakan sebuah kebijakan yang baru saja dicanangkan oleh para Presnas dan disepakati oleh regional dalam Rakernas 2010 di kampus UMS Solo kemarin. Desentralisasi dalam akuntansi sektor publik salah satunya dimaknai sebagai pelimpahan wewenang pemerintah pusat kepada daerah dalam mengembangkan daerahnya sesuai tujuan bernegara dan berbangsa (Djazuli, 2009), maka jika dipindahkan konteksnya dalam regional madani berarti FoSSEI Nasional memindahkan sebagian wewenangnya dalam sejumlah kebijakan pada regional untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan kulturnya.

Dalam tiap sidang dengan teman-teman koreg, isu-isu yang sebenarnya menurut saya kurang produktif dan cenderung memanaskan ruang sidang di tiap acara nasional, dan kontan yang paling sering keluar menjadi bahan interupsi adalah sejumlah kebijakan nasional yang diturunkan dari nasional ke regional dengan argumentasi bahwa tiap regional memiliki visi dan kultur yang berbeda-beda. Seolah-olah ingin menunjukkan tidak ada yang spesial kebersamaan kita sebagai sebuah keluarga besar para iron stock ekonomi islam Indonesia.

Minggu, 21 November 2010

Barakah : Setelah Menyandingkan Sabar dan Amal Shalih

Barakah. Begitulah seuntai do’a yang sering kita mohonkan kepada saudara kita, saat memulai muamalahnya bahkan dalam menyempurnakan ibadahnya. Sungguh kalau kita tahu, ada makna dan rasa kebaikan yang tak pernah berputus di dalamnya. Bahkan, memohonkan barakah ini lebih dianjurkan dari do’a yang biasa diucap; Semoga  sukses! Semoga lancar! Juga, semoga sakinah! Sebagaimana ‘Uqail ibn Abi Thalib, ketika merasai gundah mendengar do’a-do’a kawan-kawannya. Lalu ia mengingatkan pada sebuah sunnah yang indah, tentang do’a Sang Nabi; Baarakallaah.. Semoga Allah karuniakan barakah..

Di antara sekian banyak, barakah salah satunya diartikan sebagai ziyadatul khair ‘alal khair. Barakah adalah bertambahnya kebaikan atas kebaikan. Di sini kita melihat hubungan antara barakah dengan kebaikan. Bahwa barakah itu hanya untuk kebaikan, sehingga kebaikan itu bertambah. Menjadi tepat ketika do’a barakah itu dimohonkan untuk mereka yang berbisnis, menuntut ilmu, mengkhtiyarkan amal shalih, menikah, bekerja mencari nafkah, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Namun tidak ada do’a barakah untuk mereka yang membung-buang waktu, dan terlebih yang bermakshiyat. Ya, tidak ada do’a semacam; Semoga berjudinya berkah ya! Semoga hasil ribanya berkah, Juga, semoga gosipnya berkah ya!

Minggu, 14 November 2010

(Di Balik) Titian Jalan Ekonom Rabbani

Sepuluh tahun perjalanan organisasi ini, FoSSEI. Telah banyak catatan yang digoreskan oleh pena perjuangan membubuh dalam sketsa sejarah. Ada catatan-catatan yang menguatkan iman, ketika kita membumikan Islam dalam aktivitas keseharian (baca: ekonomi). Maka kita pun sering kali menemukan konsep indah, bersyukur dan bersabar, dalam ekonomi kita. Sementara, pernahkah engkau mendengar Adam Smith atau J.M. Keynes berbicara tentang keduanya?

Ada catatan-catatan yang memperluas pemikiran, ketika kita mengkaji ayat-ayatNya, lalu kita menatap peka dunia kita. Harusnya ada gelisah-gelisah yang membuat kita mencari-cari, apa yang sebenarnya, dengan berpikir. Kita kutip banyak ilmu dan fakta ekonomi, lalu kita pertanyakan ia, apakah ia senada dengan ayat-ayatNya? Lalu tergeraklah kita, untuk merumuskan rencana-rencana dan perbaikan. Bukankah, pada akhirnya ilmu kita untuk membuat realita seperti idealita? Dan idealita itu adalah ayat-ayatNya

Sabtu, 13 November 2010

Menghilangkan Riba, dengan Benahi Hati, lalu Berhati-hati


Menghilangkan riba sebagai sebuah produk pasar sepatutnya tidak dengan cara menciptakan produk subtitusi sebagai tandingan (competitor product), karena hakikatnya tak ada subtitusi produk kemaksiatan dalam pasar kebaikan. Meskipun begitu pendekatan inilah yang saat ini banyak ditempuh. Konsekwensinya adalah, banyak energi yang harus dikeluarkan untuk menciptakan produk tandingan, atau bahkan sedikit tak terkendali karena produk yang tercipta sekedar menduplikasi riba.

Sementara itu, jika strategi menghapus riba melalui mekanisme demand-supply yang diambil, diperlukan upaya-upaya keras dalam mengedukasi pasar agar demand-nya terpengaruhi. Dakwah dan tarbiyah menjadi kunci dalam pemenangan pasar dan pencapaian misi itu. Edukasi secara tepat menggunakan materi pengajaran (dakwah dan tarbiyah) yang benar menjadi penting dalam perjuangan memerangi riba.

Menarilah dalam Tetabuhan Genderang Ekonomi Islam; Paradigma Kemanfaatan!

Seperti yang saya sampaikan pada banyak kesempatan terakhir ini, saya selalu membanggakan FoSSEI yang berkembang dengan azam perjuangan yang juga semakin menguat. Dibandingkan dengan lembaga-lembaga mahasiswa yang lain, FoSSEI memiliki garis dan sasaran perjuangan yang lebih jelas, definitif dan spesifik. Semangat dan panji Ekonomi Islam yang diusung FoSSEI membuat jatidirinya menjadi unik jika dibandingkan lembaga perjuangan mahasiswa yang ada. Ekonomi Islam bukan hanya menjadi visi pemersatu dan objek yang diperjuangkan, tetapi juga menjadi idealisme yang coba didarah-dagingkan pada diri pejuang-pejuangnya yang kemudian memunculkan budaya komunitas baru di masyarakat dan ummat.

FoSSEI menjadi tunas baru dari banyak tunas yang saat ini tumbuh berkembang menjadi perangkat perjuangan, di mana dipundaknya harapan-harapan masa depan Islam digantungkan. FoSSEI bukan hanya sekedar menjadi kumpulan yang perjuangannya menakhlukkan kehidupan, tetapi perjuangan pertama dan utamanya adalah menakhlukkan dirinya sendiri. Membuat dirinya akrab dengan nilai-nilai dan akhlak ekonomi dalam Islam dan konsisten dengan hukum-hukumnya. Mereka menjaga dan memelihara dirinya agar tidak terjebak dalam lembah fitnah dunia yang telah berkali-kali meruntuhkan banyak peradaban, yaitu kemegahan harta yang menghanyutkan.

Memandang Sebuah Pemberhentian; FoSSEI 2030

“Jangan cari api dan kemabukan dalam anggur mereka
Abad baru tak akan timbul di langit mereka
Nyala hidup akan timbul dari apimu
Dan adalah tugasmu menciptakan dunia baru“
(Muhammad Iqbal, Javid Nama)

Munas telah usai. Masa pun telah bergulir mengiringi pergantian zaman dan era telah berganti. Saat-saat ini sepanjang bulan july merupakan bulan terpenting bagi para punggawa FoSSEI di penjuru negeri karena seonggok momen sejarah dengan apiknya tengah melintas tepat di hadapan kita dan kita memang bukan dari dulu tengah menantinya tetapi mengusahakan agar kita pantas menjadi pribadi yang menyambut momen bersejarah dan tercatat dalam ingatan kolektif umat manusia sepanjang peradaban. Sekali lagi, Munas telah selesai dan baru saja kita saksikan hatrapan bergumpal kemudian seolah-seolah telah menyediakan dirinya merasa pantas untuk memetik momen bersejarah yang agung untuk para Mujaddid yang sedang dididik di dalam madrasah yang kita beri nama Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam. Madrasah ini suatu kali mempunyai cita dan visi yang besar dan menghentak. Padsahal usianya baru 10 tahun. “Menjadi organisasi yang paling kontributif dan kompeten di bidangnya pada tahun 2030” Tidak main-main untuk merealisasikan cita besarnya itu FoSSEI mulai dari Asia Tenggara dengan munasnya di bumi Palembang Sriwijaya.

Kesabaran Ekonom Rabbani, Kesabaran yang Baik

“Dia (Ya’qub) berkata, Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dialah yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (Q.S. 12: 83)

Betapa tidak pantasnya, bagi seorang yang sering kali mengeluh, kemudian berkata-kata tentang kesabaran. Namun, ada satu sketsa yang terkenang, mengalunkan kata-kata tentang kesabaran yang pernah terdengar lembut dan sejuk. Suatu ketika, seorang pemuda yang mudah mengeluh ini, tertohok oleh nasihat seorang saudaranya. Saking tertohoknya, hingga nasihat itu seketika saja meresap dalam hatinya, sedalam-dalamnya. Saking dalamnya, hingga ketika sempat hadir pilihan dalam perjalanan pemuda ini untuk mengeluh, sejak awal kata-kata itu mengalun mengingatkannya, berulang-ulang, dalam hatinya. Dan hingga berulang-ulang pula, pemuda itu memilih untuk tidak jadi mengeluh. Jazakumullahu khairan katsiiraan, terungkap dalam senyum penuh cinta untuk saudara yang senantiasa menjaga saya dengan nasihatnya.

Saya yang begitu menikmati sastra, suatu ketika dipertemukan dengan kisah yang begitu agung dalam sebaik-baik sastra yang pernah ada di muka bumi; surat Yusuf dalam al-Qur’an. Sastra yang tiada pernah ada tandingannya baik dalam keindahan maupun juga kedalaman maknanya. Begitulah, karena yang menulisnya adalah pembuat sebaik-baik skenario, Allah swt. Membacanya, saya sempat beberapa kali terhenti, mencoba memaknai lebih mendalam, ketika menjumpai pelajaran tentang kesabaran.

Kamis, 11 November 2010

Menyoal Regional Madani

 
 
Ekonom rabbani untuk regional madani, adalah sebuah tagline yang baru diangkat oleh dan dicanangkan di Rakernas FoSSEI kemarin. Idea yang dicanangkan oleh para presnas dan disepakati oleh  semua regional yang hadir dalam rakernas tersebut.  Idea, yang menurut harapan mereka, menjadi misi bersama tiap langkah mereka yang concern dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Islam di tanah air. Kerinduan mereka, pada suatu perubahan yang mendasar dan membawa kesejahteraan dan maslahah bagi umat manusia.

Ekonom Rabbani, saya lebih melihat  sebagai sebuah cita-cita sebagaimana yang dicita-citakan  Dr Muhammad Syafii Antonio M.Ec, bahwa mereka adalah para intelektual hybrid yang satu sisi mereka sangat kepakaran mengenai dunia keuangan,ekonomi, dan bisnis di saat yang sama analysis mereka bersumber dari petunjuk Rabbani dan merujuk langsung pada kekayaan khazanah Islam atau turats yang menjadi referensi dunia islam di basic keilmuan. Maka, hampir mendekati apa yang didefinisikan oleh Dr Ugi Suharto, dalam wawancaranya di Jurnal Islamia, worldview ekonomi Islam, kata Ustadz yang terpilih menjadi mahasiswa ekonomi terbaik di IIUM ini, harusnya terintegrasi dengan sistematis dan utuh dengan bangunan ekonomi Islam itu sendiri. Epistemologinya Islam, sebab seorang muslim tanpa worldview Islam hanya akan menjadi korban dalam ekspansi pemikiran yang menurut Ust Hamid Fahmy Zarkasy, korbannya tidak kelihatan, yang ada adalah mereka yang linglung dan bingung siapa dirinya dan untuk apa dirinya lalu berpihak ke siapa ?? jika ke Islam, harus siap dengan stigma teroris jika ke barat harus siap dituduh konspirator. Oh My God !!

Rabu, 10 November 2010

Tugas Ekonom Rabbani: Mewujudkan Indonesia Tanpa Riba

Indonesia kini tengah menghadapi masalah serius dalam sistem ekonomi yang diterapkan oleh hampir seluruh rakyatnya. Sistem ekonomi warisan belanda yang masih menggunakan bunga dalam setiap transaksi jual beli maupun hutang-piutang memberikan suatu konsekuensi jangka panjang yang sangat merusak sistem ekonomi secara keseluruhan. Perputaran uang yang menggunakan bunga (riba) dapat menimbulkan inflasi, ketidakstabilan ekonomi, dan peningkatan utang luar negeri diluar batas rasional. Bahkan akibat riba, hutang pemerintah Indonesia kini mencapai 180,7 milliar dollar, karena setiap tahun tingkat bunga yang harus dibayar semakin meningkat. Bukankah bunga yang berlipat ganda dilarang oleh Islam? Apa yang harus dilakukan oleh seorang ekonom rabbani ketika situasi ini semakin tak dapat dihindarkan?

Tugas seorang ekonom rabbani adalah berpikir dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi pada zamannya, ketika keadaan ekonomi tidak sesuai dengan idealisme-nya. Yaitu bertindak berlandaskan dasar yang kuat terhadap teori ekonomi dan ilmu agama agar ekonomi tidak masuk lebih dalam ke jurang ribawi. Ekonom rabbani mulai dari Ibn Khaldun sampai dengan Umer Chapra telah membuktikan bahwa seorang ekonom yang tidak memiliki idealisme dalam menjalankan teori-teori ekonominya bukanlah seorang ekonom patut dicontoh, karena mereka hanya berdasar pada asumsi tanpa dasar yang kuat yaitu dasar Agama. Bahkan seorang intelektual dari Norwegia, Hans Majestet Christian, dalam dialog dengan ketua SEF UGM berkata, Ekonomi global sekarang tengah dilanda krisis yang mungkin akan terulang dua tahun lagi, tidak heran apabila Vatikan bahkan menganjurkan bankir-bankir di Eropa menggunakan Prinsip Keuangan Syariah karena prinsip syariah dapat menyelamatkan krisis.

Selasa, 09 November 2010

Sejernih Dakwah, Sehangat Ukhuwah, Sesegar Amal Ilmiah

Seluruh KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam) yang tergabung dalam FoSSEI (Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam) adalah skesta kegemilangan masa depan. Semoga ini bukan berlebihan, namun semata-mata sebuah keyakinan yang terangkum oleh setumpuk alasan. Mengapa? Lihatlah, di sana berkumpul calon pemimpin muda masa depan yang senantiasa mengajarkan dan belajar, mengikhtiyarkan perubahan, serta membiasakan keshalihan, dalam kebersamaan yang saling menjaga dan menguatkan. Di sana ada visi yang besar dipancang sebagai penunjuk arah perjalanan. Di sana ada semangat yang tak pernah surut dipelihara sebagai pelipat ganda energi. Di sana ada kepekaan yang sedalam jiwa diresap sebagai pemantik gemuruh nurani. Dan di sana ada penataan yang teratur dibangun sebagai kokohnya strategi. Keempatnya –visi, semangat, kepekaan, dan penataan- tersimpul dalam naungan cita-cita mulia; rahmatan lil ‘alamin. Begitulah mereka, mengikhtiyarkan peradaban madani dengan membumikan ekonomi islam mulai dari diri, keluarga, lalu masyarakat terdekat.

Bersama dengan itu, ada karakteristik-karakteristik yang mencelup dan mewarnai kesehariannya. Ada kejernihan dakwah, yang setiap detik dan ruangnya menyeru kepada Allah, berpegang kepada Al Qur’an dan Al Hadits, meneladani akhlaq Rasulullah. Ada kehangatan ukhuwah, yang menjadi pengingat di kala terlupa dan penyemangat di kala terlemah, dan hamparan terlapang untuk membiasakan baik sangka pada sesama. Dan tentu saja, ada kesegaran amal ilmiah, yang senantiasa menemukan hal-hal baru oleh tadabbur dan asahnya fikir agar menjadi pemantik hidayah yang mudah diterima logika siapa saja. Ketiganya –dakwah, ukhuwah, amal ilmiah- menjadi sebuah rerangka gerak yang senantiasa bertumbuh, berkembang, dan menggerakkan sehingga cita-cita mulia itu perlahan tertampak. Ya, pertama kali tertampak pada laku mereka yg dekat dengan Allah, shalih, jujur, dan pembelajar. Laku mereka, adalah celupan akhlaq diri yang sejuk menginspirasi sekitarnya, seiring kredo yang acap terseru: “berbagi berkah bersama ekonomi syariah”.

Ruhiyah: Pertama dan Utama

Kita telah sering sekali merasainya. Ketika kekuatan ruhiyah dan penjagaan aktivitas ruhiyah yang mengantarkan kita kepada kelapangan jiwa. Hanya saja kita, terlebih saya, di tengah-tengah kesibukan yang bertumpuk terlena dan terlalai. Malah biasanya, kesibukan itulah yang menjadi permakluman untuk sedikit mengendurkan aktivitas ruhiyah. Inilah yang sering terkata, little things mean a lot. Hal kecil yang berdampak besar.

Inilah yang sekali lagi diingatkan oleh Ust. Ali Sakti kepada kami, ketika bersilaturahim beberapa waktu yang lalu. Inilah yang beliau tekankan; ruhiyah. Lebih baik kita tidak perlu banyak program, kalau pada akhirnya program dan aktivitas ruhiyah menjadi dikorbankan. Tidak akan berkah jika kita susah payah berkampanye dan bersyiar, sementara ruhiyah tergadaikan. Seolah kita begitu angkuh menjalani hidup ini saat Allah tidak lagi menaunginya. Bukankah dalam dakwah ini, Allah yang menjadi tujuan kita dan Rasulullah teladan kita? Lalu mengapa kita sampai tega-teganya meninggalkan Allah dan keteladanan Rasulullah dalam menjalani dakwah ini?

Allah dekat membersamai, saat kita mendekatinya, yaitu dengan dakwah yang bertolak dan beriring ruhiyah yang kokoh dan terjaga. Juga tidak sedikitpun mengambil celah untuk melewatkan keteladanan Rasulullah. Selayaknya kita malu, Rasulullah saja yang sudah mendapat jaminan Allah, masih berusaha menjaga ruhiyahnya sepanjang hidup. Semoga kita dapat senantiasa meneladaninya, juga dalam dakwahnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...